Jatuh
cinta dalam diam. Begitu orang sering menyebutnya. Menikmati setiap kisah nya
memang menyenangkan,tak akan pernah ada habisnya,namun miris. Terkadang manusia
tidak dapat membedakan mana yang harusnya diperjuangkan dan mana yang pantas
untuk dilepaskan. Terkadang manusia tak dapat melihat mana yang harusnya
dikatakan dan mana yang pantas untuk dirahasiakan agar ucapan nya tak menyakiti
hati orang lain. Cinta memang kejam. Tetapi,tak ada pilihan lain. Sudah dari
dulu ia seperti itu.
Jatuh cinta dalam diam. Pernahkah
kau merasakan nya? Seperti diburu perasaan yang tak dapat dikuasi. Ingin sekali
rasanya hanya sebatas mengungkapkan,bahkan diantara mereka ada yang tak mengiba
balasan sama sekali. Tulus bukan? Sebagian orang menganggap,cinta tak selalu
membutuhkan kata. Entahlah. Mungkin,pernyataan tersebut ada benarnya juga.
Cinta memang tak selalu membutuhkan
kata. Lihatlah mereka,para penyair yang pandai merangkai kata,merajutnya
menjadi paragraf yang menusuk,dengan metafora yang membuatmu setiap detail nya
tampak begitu hidup. Pernakah mereka mengungkapkan cinta dengan bahasa yang
elok? Seperti layaknya puisi. Bisakah itu menjamin bahwa orang yang mereka
cintai akan menjadi milik mereka selamanya? Tidak. Tentu saja tidak
Lalu,sekarang
apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terjebak oleh perasaan cinta yang
menggebu,namun seperti semu untuk menjadi nyata? Mereka ingin sekali mengungkapkan
nya,setidaknya hanya mengatakan bahwa mereka mencintai orang itu,begitu saja.
Tak membutuhkan banyak waktu,mungkin hanya beberapa menit.
Ya.
Mereka ingin sekali mengungkapkan semua perasaan yang telah lama coba mereka
kuasai. Mencoba mengungkapkan rindu yang selama ini selalu dirangkainya rapi.
Mencoba menuturkan sebuah kata yang selama ini hanya terucap di dalam hati.
Namun,mereka tak seberani itu.
Mereka
terlalu takut untuk menyatakan. Bukan! Mereka bukan nya takut akan reaksi yang
mereka terima. Mereka selalu siap. Kapan pun. Mereka bahkan siap tersakiti
hanya karena sebuah penolakan. Justru,yang mereka takutkan adalah keadaan.
Keadaan.
Bagaimana jika setelah mereka sudah puas melampiaskan seluruh perasaan nya ke
permukaan? Apa yang akan terjadi? Bagaimana jika keadaan justru berbalik?
Seolah menyudutkan merreka dengan sebuah penyesalan mengapa mereka telah
mengungkapkan perasaan nya? Atau,yang ini saja; Bagaimana jika kedekatan yang
sudah lama dijaga justru harus hancur karena sebuah kejujuran yang naif?
Terkadang,mausia
hanya terlalu membutakan matanya sendiri. Kata “teman” “sahabat” “kakak” atau
bahkan “adik” yang dipergunakan sebagai identitas hanyalah kamuflase belaka.
Tak banyak yang tau. Terkadang,orang-orang yang kau sebut sebagai
teman,sahabat,atau ahkan mungkin mereka yang memanggilmu kakak atau adik
mempunyai sebuah perasaan yang berusaha dijaga nya rapat-rapat.
Mereka
tak mau mengungkapkan. Mengapa? Karena si pejuang rindu itu takut keadaan
berbalik,menyudutkan mu untuk menjauh darinya dan mengorbakna kedekatan dengan
kamuflase beragam yang sudah tercipta selama beberapa saat.
Jadi,sekarang.
Jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu; dapatkah aku menahan mu disini untuk
selamanya tanpa merubah apapun itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar